Senin, 24 September 2012

tips perpindahan gigi (shifting)

seringkali para pemula bertanya mengapa di dalam sebuah sepeda mtb terdapat begitu banyak roda gigi (gears). apakah semuanya diperlukan? mengapa tidak cukup hanya 5 roda gigi belakang dan 2 roda gigi depan? lantas kapan harus memindahkan dari gigi besar ke gigi kecil atau sebaliknya? tulisan ini mencoba menjawab pertanyaan – pertanyaan tersebut. sumber tulisan berasal dari pengalaman, tukar pikiran dengan kawan – kawan sehobi, serta beberapa artikel luar negeri.
roda gigi multi-kecepatan (multi-speed gears) yang terpasang di mtb yang umum dijumpai adalah 8 atau 9 gigi belakang dan 3 gigi depan atau yang dikenal dengan 24/27 speed. jumlah terbanyak roda gigi belakang saat ini adalah 10 buah (30 speed). roda gigi multi kecepatan sangat berguna di saat kita menanjak sehingga kita tidak perlu menggenjot dengan berdiri atau bahkan turun dan menuntun sepeda. sebaliknya para downhiller pun tetap bisa memanfaatkan gigi multi kecepatan untuk tetap menjaga kecepatan sepedanya.
hanya mtb berjenis cross-country dan all-mountain yang memiliki jumlah speed 27 atau 30. sepeda downhill, dirtjump, dan free-style memiliki jumlah gigi yang disesuaikan dengan kebutuhan masing – masing.
setiap pesepeda memiliki kecepatan kayuhan masing – masing. kecepatan kayuhan (cadence) yang ideal yang seharusnya dicari oleh masing – masing individu. dengan cadence ideal, berarti tenaga yang kita salurkan untuk mengayuh sepeda dapat bertahan lama dan tidak cepat lelah. dengan kata lain ideal cadence adalah kondisi sempurna di mana tenaga kita dapat seluruhnya tersalurkan untuk mengayuh sepeda. cadence yang ideal sangat tergantung kepada kontur jalan, hambatan angin, dan kondisi kesehatan kita sendiri pada suatu waktu.
bagaimana mencapai cadence ideal? hanya bisa dicapai dengan terus berlatih mencari rasio roda gigi depan dan belakang. anda hanya bisa mendapatkan rasio gigi optimal pada setiap kondisi jalan dengan cara berlatih. tidak ada rumusan baku untuk hal ini. kuncinya pada ketekunan dan kedisiplinan diri dalam berlatih.
anda bisa memantau cadence anda dengan cyclometer yang memiliki fitur cadence. kenaikan kemampuan cadence menunjukkan keberhasilan latihan anda. faktanya, atlet – atlet sepeda yang langganan juara adalah mereka yang secara disiplin memperhatikan cadence ideal mereka.
jika roda gigi anda terlalu tinggi (gigi kecil), kayuhan akan terasa berat sehingga cadence menurun. mengayuh lebih lambat dibanding cadence ideal berakibat tenaga akan cepat terkuras dan berisiko cedera otot khususnya pada lutut dan pinggul.
sedangkan jika roda gigi terlalu rendah (gigi besar), kayuhan akan terasa sangat ringan sehingga cadence menjadi terlalu cepat. mengayuh lebih cepat dari cadence ideal menyebabkan tenaga terbuang percuma yang ujungnya akan cepat lelah.
gunakan gigi yang sama di jalan datar apabila anda bersiap memasuki tanjakan dengan kecepatan tinggi. kemudian secara perlahan pindahkan ke gigi yang satu langkah lebih ringan setiap kali kayuhan terasa berat.
gunakan gigi rendah (gigi besar) saat menapaki jalur pendakian tanpa persiapan speed yang cukup. kemudian pindahkan ke gigi yang lebih tinggi (gigi kecil) setiap memasuki bonus trek datar di mana tidak dibutuhkan kaki kayuhan yang konstan.
sesaat sebelum mencapai puncak tanjakan, segera pindahkan gigi ke lebih tinggi. pertahankan pada saat anda menuruni trek. pada saat turun, anda akan lebih dituntut untuk konsentrasi ke rem dibandingkan sifter.
untuk medan yang lebih bervariasi, pertahankan gigi depan di posisi tengah. pergunakan variasi roda gigi belakang untuk menghadapi perpindahan medan yang sangat cepat.
jadi kesimpulannya, carilah cadence ideal anda dengan cara berlatih mencari rasio roda gigi depan dan belakang yang optimal di setiap medan.
ingat jangan terlalu memaksakan diri sehingga anda bisa terhindar dari cedera otot. selamat berlatih.

sumber  http://asbindro.wordpress.com/2010/08/06/tips-perpindahan-roda-gigi/

Memilih travel fork

Sering kali kita bingung menentukan ukuran ideal fork untuk sepeda gunung kita. Fork atau suspensi depan memiliki variasi ukuran yang bermacam-macam sesuai dengan peruntukan sepeda MTB kita.
Setiap pesepeda pasti membutuhkan ukuran yang sesuai untuk memilih sepeda yang digunakan untuk melibas medan offroad selama ber-MTB ria. Namun urusan suspensi sudah ada ukuran standar yang harus diketahui. Panjang travel suspensi yang sesuai jenis sepeda telah disesuaikan dengan kebutuhan berbagai medan offroad.




Sebagi contoh, untuk penghobi cross country pasti menggunakan suspensi depan pada fork dengan travel antara 80 - 100 mm yang disesuaikan untuk melibas berbagai medan. Namun untuk downhiller, akan menggunakan fork dengan suspensi bertravel 180 - 203 mm.

memaksakan fork travel tinggi demi penampilan terlihat gagah seringkali melampaui pakem yg ada, yg ujung2 nya rearshock bekerja terlalu berat , akibatnya rearshock cepat rusak, bahkan yg fatal bisa sampai berakibat frame patah.

Untuk lebih jelasnya ini beberapa ukuran fork dan peruntukannya :
  • 80mm, 100mm, 120mm masih dikategori XC (cross country)
  • 120mm, 130mm, 140mm, 150mm dikategorikan sebagai Trail/AM (All Mountain)ringan
  • 150mm, 160mm, 170mm sebagai All Mountain serius.
  • 170mm keatas masuk kategori Freeride/Downhill 
Semoga bermanfaat.

Memilih Stem vs Gaya Bersepeda










Apakah selama ini anda mempercayakan pilihan komponen sepeda Anda pada ‘tukang’ rakit sepeda atau keputusan ‘final’ pabrikan? Jika jawabannya ‘iya’, bukan hal yang salah, karena tiap pabrikan juga pasti sudah menguji tiap desain produk sebelum meluncurkannya ke pasaran. Namun demikian, lebih baik lagi jika Sobat menyimak ulasan kami kali ini, Bagaimana menentukan atau memilih stem sepeda kesayangan dengan menyesuaikan gaya bersepeda Anda.


Stem merupakan komponen penghubung antara handle bar (setang) dengan steerer tube pada fork sepeda. Untuk mempermudah pemahaman kita, berikut bentuk stem yang umum kita jumpai pada sepeda.

Sebagaimana kita ketahui bahwa secara garis besar pembagian jalur ‘minat’ bersepeda berdasar dominan trek yang ditempuh ada: cross country (XC), all mountain (AM), downhill (DH), freeride (FR), atau dirtjump (DJ), kesemuanya mewakili aktivitas bersepeda untuk trek off-road. Jalur ‘minat’ bersepeda selain telah tersebut sebelumnya tentu aktivitas bersepeda on-road.


Beda jalur yang ditempuh, idealnya tentu beda pula dalam pemilihan stem. Khususnya pada pemilihan panjang stem sepeda yang digunakan.


Pilihan Stem untuk All Mountan, Cross Country dan On-road, untuk jenis cyclist ini, beberapa referensi merekomendasikan penggunaan stem dengan ukuran panjang 50mm s.d. 130mm (variannya: 50, 70, 90, 110, 130mm). 


 http://www.kaskus.co.id/showpost.php?p=596435446&postcount=89

TIPS MEMILIH HANDLEBAR SEPEDA

handlebar alias setang sangat memegang peranan penting dalam bersepeda. Salah memilih bisa berakibat kurang nyaman dalam berepeda, bahkan seringkali mempersulit handling.
jangan tergiur merk, warna dan bentuk. sesuaikan dengan karakter bersepeda anda dan juga sepeda anda.

Setang lurus (Flat Handlebar) vs Setang Bengkok (Rise Handlebar) Manakah yang lebih cocok dengan selera dan tipe bersepeda Anda?

Flat Handlebar (stang lurus) dengan rise handlebar (stang melengkung) punya karakteristik dan kegunaan sendiri-sendiri. Artinya, yang satu tak lebih baik dari yang lain. Untuk memutuskan handlebar mana yang akan dipilih (berkaitan dengan posisi dan postur pengendara di atas sepeda) ada baiknya kita simak 3 hal berikut:
  • Flat handlebar akan membuat posisi pengendara relatif membungkuk sehinga berat tubuhnya sedikit bergeser ke depan dari center of- gravitynya. Posisi sedikit membungkuk ini paling ideal untuk mengejar speed serta mempertahankan kestabilan sepeda.
  • Rise handlebar, posisi tubuh pengendara akan jadi lebih tegak. Bahkan jika menggunakan stem pendek badan bakal bertambah tegak lagi. Makin tegak tubuh, titik gaya berat akan bergeser ke belakang. Bahkan bisa melampaui center of gravity (biasanya berada di seputar bottom braket). Posisi ini ideal untuk mengoptimalkan handling dan kontrol pada kemudi, terutama di medan turunan tajam dan berkecepatan tinggi.
  • Rise handlebar memiliki kemampuan meredam getaran yang lebih baik dibanding flat handlebar. Kemampuan meredam getaran ini sangat penting untuk membantu mengurangi rasa lelah pada lengan akibat buzzing saat melewati medan off-road.
Rise handlebar  lazim dipergunakan untuk sepeda all mountain, long travel XC, maupun sepeda Downhill dan Freeride. Makin ekstrem lintasan yang akan dilalui, biasanya makin besar juga ukuran (derajat) rise yang dibutuhkan. Flat handlebar lebih banyak dipakai pada sepeda jenis cross-country (race) yang membutuhkan kecepatan tinggi dan tingkat rigiditas tinggi begitu melahap tanjakan.

 Sumber : http://thingsbike.com/tips-trick/tips-memilih-handlebar-setang-sepeda-gunung.htm

Selasa, 04 Oktober 2011

Teknik Dasar Bersepeda MTB

Sepeda gunung merupakan salah satu olahraga extreme yang sekarang ini banyak diminati oleh para pesepeda di dunia. Banyak diantara mereka yang beralih tunggangan ke sepeda gunung. Akan tetapi, sebelum kita melaju di trek-trek downhill, akan lebih baik jika kita mengetahui dan memahami teknik-teknik yang wajib dikuasai oleh para rider MTB seperti yang dipaparkan oleh Hans Rey kepada majalah cycling berikut ini :

1. Di lintasan miring yang licin

Menyusuri lereng gunung atau bukit yang miring memerlukan teknik tersendiri. Karena salah-salah ban malahan kehilangan traksi. Parahnya lagi bagi yang tidak tahu dan menekan rem kuat-kuat dalam situasi seperti ini, yang ada sepeda berikut ridernya merosot ke bawah. Untuk iti, di dunia ini selalu ada trik, jangankan hanya untuk melewati trek off camber (lintasan miring yang licin).
Nah bagaimanakah caranya?? Perlakukan trek off camber itu layaknya seperti ketika menghadapi tikungan saja. Hindari menggenjot saat sedang melewati trek seperti ini. Tentukan dulu kecepatan sepeda sebelum memasuki trek. Bila terpaksa harus menggenjot, lakukan perlahan-lahan dengan halus. Pusatkan berat tubuh ke pedal. Teknik ini sangat efektif menjaga ban tetap menggigit tanah. Cukup berdiri di atas pedal, dan terus menggenjot sampai melewatinya. Selalu ambil jalur tengah. Hindari mengambil bagian atas trek, karena begitu ban depan sepeda menajak akan menyebabkan tubuh Anda terhempas ke tepi jurang. Yang lebih tragis lagi Anda terpaksa menyaksikan sepeda kesayangan jatuh terperosok ke jurang.
2.    Kapan menggunakan rem depan
Mayoritas turunan  single track  memiliki ‘braking bump’ di bawah tiap tikungan tajamnya bagi mayoritas rider yang  ‘paranoia’ menekan rem belakang. Tapi sebenarnya yang dapat menghentikan, atau mengurangi laju sepeda pada turunan, hanyalah rem depan. Kuasai rem depan dan Anda akan menjadi “master bersepeda”. Sesanya hanya menggenjot.
Caranya? Mulailah dengan menempatkan satu jari di brake lever depan dan dua untuk belakang. Dengan begini, saat panik Anda tidak akan menekan rem ‘berlebihan’.
Biasakan mengerem sebelum memasuki tikungan atau turunan tajam. Rem depan tidak akan selip walau ditekan kuat-kuat selama tidak dalm posisi menikung.
Hindari men-drag remselama turun, karena hal itu hanya akan membuat suspensi terasa kasar dan mengeluarkan sepeda dari jalur. Tanpa rem, sepeda dapat menikung serta dikendalikan dengan baik.
Gunakan rem seperlunya, itu juga dengan interval yang pendek-pendek untuk mengendalikan turunnya sepeda. Pelankan laju sepeda saat menghadapi medan licin dan kurang traksi. Lepaskan rem untuk melaju di ‘technical section’. Ini mungkin bertentangan dengan logika berpikir Anda, tapi nyatanya tidak.
Banyak biker yang melibas medan-medan mudah dengan kecepatan penuh. Akibatnya, pad bagin ‘technical’ mereka akan melaju tak terkendali. Perhatikn traksi yang mungkin didapat saat menggunakan rem depan. Tumpuan berat ada di ban depan saat turun. Artinya rem depan harus lebih banyak digunakan ketimbang belakang agar ban tidak selip. Pasang telinga untuk mengetahui apakah ban ‘ngesot’.

3.    Melewati rintangan

Batu, kayu, atau objek apapun yang lebih tinggi dari as roda depan bisa dilewati tanpa harus turun dari sepeda [lalu mengangkatnya].

How? Kayuh sepeda perlahan. Yang perlu dicermati adalah momentum, karena tanpa momentum tidak mungkin Anda dapat melewati rintangan tersebut. Ketika mendekati rintangan, condongkan badan kebelakang, lalu tarik setang untuk mengangkat ban depan. Begitu ban depansudah berada di atas rintangan, giliran menyondongkan tubuh ke dapan dan pindahkan tumpuan berat tubuh ke setang.
Tanpa adanya beban di bagian belakang akan ikut terangkat. Semua dilakukan dengan cepat, jangan sampai ban belakang membentur rintangan terlebih dahulu.

4.    Melompati celah


Melewati celah di lintasan menjadi mudah bila Anda menguasai teknik melewati rintangan seperti di atas. Caranya mirip : kayuh sepeda dengan kecepatan rendah. Anda memerlukan momentum yang cukup agar ban belakang bisa selamat sampai seberang.

Condongkan tubuh ke belakang, tarik setang dan angkat ban depan sekitar dua kaki di atas permukaan trail. Lakukan ini beberapa saat sebelum ban depan jatuh memasuki celah.
Begitu ban depan sepeda terangkat, saatnya tiba untuk memindahkan berat tubuh ke depan. Dengan begini ban belakang tidak memiliki beban, dan dengan dibantu momentum maka ban belakang akan ikut terangkat melewati celah.

5.    Di trek berbatu


Sama seperti lintasan lainnya, lintasan berbatu juga banyak macamnya, mulai dari yang mendatar, menanjak, sampai menurun. Berbeda-beda tapi satu juga. Maksudnya walau jenisnya banyak,  tapi pada dasarnya cara melewatinya sama seperti lintasan lainnya.

Menjelang trek berbatu, suspensi dapat mengurangi kecepatan sepeda Anda, terutama pada kecepatan rendah. Pada kecepatan sepeda setara orang berjalan, sepeda akan berhenti saat menghantam batu besar. Jaga kecepatan Anda dan persiapkan tubuh bagian atas untuk menahan guncangan.
Pilihlah jalur yang sedikit ‘lebih baik’, artinya permukaan batuannya tidak terlalu menjulang disbanding sekitarnya. Di trek seperti ini yang namanya menghantam batu besar sangat sulit dihindari, namun sebisa mungkin pilih jalur yang lurus.
Kayuhlah sepeda dengan posisi gear satu tingkat lebih tinggi dari posisi gigi yang biasa Anda gunakan pada saat melintasi jalan rata. Tujuannya agar ban belakang tidak spin saat Anda kehilangan keseimbangan.
Selalu siapkan diri untuk pindah jalur. Lihat ke depan agar tidak kehilangan arah tujuan. Kalau sampai keluar jalur, tetap awasi trek yang telah ditetapkan sebelumnya. Kayuh pedal dengan halus dan kembali ke jalur pertama Anda.
Yang paling baik sebenarnya terus mengayuh di sepanjang trek, namun di lapangan semua bisa berubah. Bila harus menggunakan rem, tekan kedua brake lever bersamaan [catatan: teknik ini hanya dianjurkan pada trek dengan permukaan batu kecil; saat menemui batu besar disarankan untuk tidak menggunakan rem]. Satu hal lagi: bila ban depan berhenti teruslah kayuh.

6.    Trek berpasir

Trek berpasir menghabiskan banyak tenaga untuk melewatinya. Disamping itu masih banyak efek negatif bagi rider dan sepedanya, seperti sulitnya membelokkan setang, serta ban belakang yang terhisap makin dalam setiap kali kita mengayuh pedal.

Trik paling mudah, pakai ban lebar ber-tread kecil. Namun bagaimana trek berpasir hanya seperempat dari total trek keseluruhan? Tentunya banyak rider meninggalkan ban jenis ini dan memilih menggunakan ban normal.
Berbeda dengan ban pasir yang dapat dengan mudah melewatinya, pada ban normal dibutuhkan teknik khusus untuk dapat melewatinya.
Cara termudah adalah dengan mengikuti jejak ban rider lain. Atur kecepatan sepeda dan posisikan ban sepeda tepat pada jejak. Kayuh pedal dengan halus, jaga keseimbangan agar ban tetap berada dalam jejak. Jangan memberi tekanan pada setang, biarkan setang mengikuti jejak yang ditinggalkan.
Bagaimana kalu tidak ada jejak? Gampang: jaga keseimbangan tubuh agar berada di tengah antara ban depan dan belakang, serta jaga agar berat tubuh tidak tertumpu pada sadel. Lewati trek pasir dengan gear rendah dan chain-ring tengah, sehingga Anda tetap dapat mengayuh kuat.
Anggaplah trek berpasir ini seolah permainan, jangan pernah menyerah sampai Anda jatuh. Bangunlah lagi, maikan lagi!

7.    Turunan
 
Rider yang ‘sedikit’ berani akan melahap drop-drop kecil, namun banyak juga yang turun dan mengangkat sepedanya sambil berlari-lari, dengan harapan menghindari endo (roda belakang terangkat). Melewati drop membutuhkan lebih dari sekedar kecepatan dan komitmen.
Dekati drop dengan kecepatan setara orang berlari__bisa lebih cepat kalu di bawah hanya ada sedikit objek. Begitu berada tepat ditepian drop, mundurkan badan ke belakang, hentakkan setang untuk mengangkat ban depan sekitar enam inci dari permukaan.
Lutut dalam keadaan menekuk dan pedal pada posisi horizontal terhadap permukaan landasan. Dijamin pendaratan Anda akan mulus.
Teknik ini bisa diaplikasikan untuk drop dengan ketinggian hingga satu setengah meter. Pelajari [dan latih] teknik ini disekitar rumah Anda dulu, sebelum mempraktekkannya di lintasan sesungguhnya nanti.

8.    Tanjakan

Banyak rider yang lebih memilih menghindari jalan menanjak. Namun segala sesuatu yang naik, pasti akan turun bukan? Jadi jangan khawatir, akan ada ‘bonus’ turunan menanti, tiap kali Anda melewati tanjakan. Jadi ketimbang menghindarinya, lebih baik melahapnya.

Sebelum tiba dio tanjakan, pasang gearing position di level rendah. Turunkan gear ke bawah untuk memberi Anda momentum dan kecepatan dibagian awal tanjakan. Lalu tentukan sejak awal jalur yang akan Anda lewati.
Tetap duduk di sadel. Begitu memasuki bagian curam, maju dan duduki bagian hidung sadel (nose). Condongkan tubuh bagian atas ke depan untuk menjaga agar ban depan tetap menjejak di tanah. Sekali lagi, jangan sekali-kali berdiri.
Mengayuh saat duduk di nose sadel memang amat sangat menyiksa. Utamanya bagi otot paha bagian depan, karena kaki tidak merenggang dengan baik. Namun dibalik itu, sebenarnya posisi ini membantu memberi traksi ke ban belakang.
Jangan menyerah bila ban belakang spin (berputar tanpa traksi). Pindahkan tumpuan berat ke belakang dan terus mengayuh.


9.    Turun melewati celah


Bekas jejak [sepeda] downhill seringkali menimbulkan bekas mendaln di turunan. Menghindari jejak ini merupakan cara terbaik, namun tak jarang pula kita mau tak mau harus melewatinya.

Sebelum menjajal celah (rut) besar. Berlatihlah dengan rut yang lebih kecil. Hal ini sangat penting untuk membiasakan keseimbangan di atas sepeda.
Satu lagi, sebelum turun dengan kedua kaki di pedal, coba dulu dengan salah satu kaki turun. Bila rut berbelok ke kanan, turunkan kaki kanan, begitu pula sebaliknya. Tetap dalam posisi duduk, mundurkan tubuh ke belakang dan gunakan rem belakang lebih banyak dari biasanya. Pemakaian rem depan yang berlebihan menyebabkan ban depan kehilangan kemampuan manuvernya. Biarkan ban depan terus berjalan. Selalu melihat ke depan dan hindari menatap ke bagian depan bawah sepeda.
Bila Anda kehilangan keseimbangan, jangan ragu untuk menurunkan kaki sebelah. Namun ingat untuk selalu menempatkan satu kaki di pedal.

10.    Tikungan tajam


Tikungan tajam (switchback) sangat sering dijumpai saat Anda bermain MTB. Tak jarang, saking tajamnya, bentuk tikungan bisa mendekati putaran 180 derajat alias balik arah.

Ada dua teknik yang bisa digunakan untuk melakukan switchback. Yang pertama mengangkat ban belakang dengan menekan rem depan, lalu mengangkat ban depan sebagai pivot. Kedua melaluinya seperti melalui tikungan biasa. Teknik yang kedua ini yang akan dibahas.
Dekati tikungan dengan kecepatan pelan. Sering-sering gunakan rem depan dan belakang bersamaan. Berat ditumpukan ke kedua ban.
Lalu, putar setang dengan tajam. Kuncinya adalah dengan melakukan putaran sebelum memasuki bagian kedua putaran. Condongkan tubuh ke depan. Lihat ke sekeliling tikungansampai trek turun di bawah, dan biarkan gravitasi menuntun sepeda Anda.
Kebanyakan rider memilih untuk berdiri di atas pedal ketimbang duduk, terutama saat switchback menanjak. Bedanya, pada  switchback menanjak, tumpuan berat lebih ke ban belakang untuk memberi traksi. Biarkan ban depan bergerak kemana-mana asalkan ban belakang memiliki traksi.
Karena kecepatan Anda pasti lambat, tidak perlu menyondongkan badan. Kendali sepeda cukup dilakukan melalui setang.

Kaligua 1 oktober

Sabtu, 1 Oktober 2011, bertepatan dengan hari kesaktian pancasila menjadi hari yang penting buat para offroader BOMB. pagi itu menjelang Upacara hari kesaktian pancasila di alun2 brebes para rider BOMB bersiap Untuk berangkat ke kaligua. Kali ini tidak tanggung-tanggung,  20 rider siap berangkat menaklukan trek kaligua. Acara kali ini bukanlah spontanitas seperti biasanya, tapi sudah di persiapkan jauh hari sebelumnya, maklum kali ini kita kedatangan tamu dari jakarta, purwokerto, cilacap selain tuan rumah bumiayu untuk offroad bersama. tak ketinggalan Bpk.Agung selaku bupati Brebes siap turut menyambut dengan terjun bersama para tamu dengan Polygon FR nya.






kamipun bergegas ke kaligua dan tiba di sana pukul 10.00, waktu yg cukup telat untuk start, terik matahari mengiring kami melalui lika liku makadam dan juga licinnya tanah berpasir di sekitar kebun teh. Debu berhamburan menjadi teman setia selama menuruni bukit, tak heran sepeda dan kami menjadi berselimut debu.


















kelelahan seakan tak kami rasakan , semua terobati dengan canda dan kebersamaan sepanjang perjalanan offroad kami. berbagi suka dan duka, mengendalikan emosi, saling menghargai keterbatasan masing2 rekan, itulah seni offroad bagi kami.



garis finish akhirnya terinjak sudah, tepat di RM. sakalibels kami pun langsung melahap sate kambing yg sudah di siapkan oleh panitia. sambutan demi sambutan mengiringi santapan kami. Tak terasa haripun sudah semakin gelap,  waktu juga yg akhirnya harus membawa kami pulang. di tutup dengan ramah tamah dan foto bersama kami pun pulang ke kota kami masing masing. sampai jumpa lagi kawan kawan PITTS jakarta, bumiayu, purwokerto, cilacap, tonjong. semoga kita bisa bertemu di event event selanjutnya



Selasa, 23 Agustus 2011

5 problem offroad dan tips mengatasinya

Melakukan aktifitas offroad dengan sepeda berarti membawa sepeda dan tubuh kita ke suatu titik di luar kondisi normal, kesuatu batasan tertentu yang lebih extrim! Seringkali sepeda yang digunakan melahap jalur offroad mengalami kerusakan atau malfungsi.  Entah karena sepeda terlalu diabuse , tidak digunakan sesuai peruntukan atau memang kesialan itu sedang terjadi saja. Berdasar pengalaman, berikut ini adalah beberapa (lima) hal buruk (kesialan) yang paling sering terjadi pada ‘tunggangan’ ketika offroad dan tentunya tips cara mengatasinya.

1.Ban Dalam Bocor
ban dalam bocor 
Kejadian ban dalam bocor adalah yang paling sering terjadi pada aktifitas offroad.  Penyebabnya bermacam-macam, dari tertusuk benda tajam, misal serpihan kayu , terkena snake bite (kombinasi tusukan batu yang runcing dan ban kurang angin), sambungan pentil yang karatan/rusak , atau memang kondisi ban dalam yang sudah tua.
Untuk mencegahnya, bisa dengan selalu memeriksa kondisi tekanan angin pada ban, sesuaikan dengan medan yang akan dilalui. Bila akan melewati jalur yang banyak batunya (red:makadam), usahakan tekanan angin tidak terlalu keras atau lunak, dan bila melewati jalan aspal mulus usahakan tekanan angin yang agak keras/tinggi. Bagi yang menggunakan ban dalam dengan pentil yang terbuat dari besi, periksa apakah ada karat atau tidak, baiknya menggunakan pentil dari plastik.
Bila terjadi ban dalam bocor, yang bisa dilakukan adalah menggantinya dengan ban dalam cadangan. Bila beraktifitas offroad pastikan membawa paling tidak satu (1) buah ban dalam cadangan. Pastikan juga membawa tire lever (pengungkit) untuk memudahkan membuka ban luar dan tentunya pompa!.
Memambal ban adalah tindakan yang tidak direkomendasikan! Selain tingkat kegagalannya tinggi juga memakan waktu.

2.Rantai Putus
Rantai Putus 
Rantai sepeda gunung untuk 9 kecepatan terdiri dari  berbagai komponen kecil. Bila tidak dirawat dengan baik, diberi pelumas atau dibersihkan dari kotoran secara rutin, akan berisiko mudah putus. Penyebab putus yang lain biasanya disebabkan oleh aktifitas maintenance yang salah (pemutusan-penyambungan yang tidak dilakukan di pin yang ditujukan untuk diputus). Pada rantai sepeda ada penanda khusus seperti pin yang berwarna beda(hitam) atau pin bermotif beda yang ditujukan sebagai titik pin yang boleh diputus. Sembarangan memutus/menyambung pin akan mengakibatkan rantai mudah lepas/putus ketika sedang digunakan.
Bila hai ini terjadi, ada beberapa pilihan tindakan yang dapat dilakukan.
  • Membuang bagian rantai yang rusak dan menyambung kembali rantai tersebut. Tindakan ini biasanya dilakukan bila kita tidak membawa spare part (sisa rantai atau chain link).  Resikonya, panjang rantai akan berkurang. Rantai yang terlalu pendek akan mengakibatkan Rear Derailleur (RD) akan tertarik extrim dan beresiko rusak.
  • Membuang bagian rantai yang rusak dan menyambung kembali dengan mata rantai dari jenis rantai yang sama. Misal rantai  9 speed harus di sambung/extend dangan rantai 9 speed. Bila membeli dan memasang rantai di toko/bengkel sepeda biasanya ada sisa rantai yang tidak terpakai. Simpanlah sisa rantai ini dan bawalah bila sedang bersepeda. Suatu saat pasti akan berguna. Cara ini akan memakan waktu dalam pengerjaan, tetapi akan menjaga panjang rantai tetap sama seperti sebelum putus.
  • Membuang bagian rantai yang rusak dan menyambungnya kembali dengan menggunakan part chain link. Part ini adalah dua sisi pin rantai terpisah yang bisa saling dikaitkan, prinsipnya seperti kancing baju. Saat ini saya paling suka dengan solusi ini, cepat, mudah dan memasangnya tidak memerlukan alat bantu (kecuali membuang bagian rantai yang rusak). Lucunya, afaik , chain link hanya diproduksi oleh SRAM. Walau begitu, tetap bisa digunakan untuk rantai Shimano.
chian tools.jpgKetiga tindakan tersebut di atas harus dilakukan dengan bantuan alat(tools) khusus untuk memutus/menyambung rantai chain tools. Juga biasanya ada dalam satu set rescue  tools / allen key plus set yang biasa dijual di toko-toko sepeda gunung. Berdasar pengalaman…percayalah bila hanya pake tang minjem sama tukang ojek nggak akan bisa, rantainya pasti lepas lagi.



3.Rear Derailleur (RD) Patah
Penyebab Rear Derailleur patah (rusak) biasanya terjadi ketika gowes dalam kondisi turun dan posisi gigi belakang pada gear besar (jumlah gigi banyak). Pada kombinasi gigi seperti ini mengakibatkan RD pada posisi tertarik tegak dan jarak dengan tanah menjadi sangat dekat. Dengan kecepatan turun yang tinggi, besar kemungkinan RD akan dengan mudah menghantam benda yang menonjol di tanah, misal bongkahan batu.
Bila ini terjadi, siap-siap saja untuk beroffroad tanpa bisa mengatur/memidahkan gigi belakang, karena gigi belakang akan/harus dibuat statis. Caranya dengan melepas rantai, memutus beberapa mata rantai dan memasangnya kembali ke satu bagian gear belakang yang diinginkan. Offroad tanpa bisa mengubah gigi belakang? Apa kata dunia? Yah…daripada pulang duluan…apa mau dikata….
Untuk mencegah kejadian ini bisa dengan cara membiasakan diri melipat posisi RD pada saat jalur turun. Caranya dengan mengatur/memindahkan shifter/pilihan ke gigi kecil (misal:1) / gear dengan jumlah gigi kecil. Beberapa jeis RD saat ini ada yang memiliki bentuk pendek atau melengkung untuk meminimalkan benturan, misal Shimano Shadow.


4.Shifter atau Rem Patah/Malfungsi
Kedua item merupakan komponen sepeda yang berada di stang. Kerusakan komponen ini biasanya terjadi ketika sepeda mencium aspal/tanah,  bagian ini menghantam objek benda keras dan akhirnya rusak/patah.
Untuk mengurangi resiko shifter atau rem patah, usahakan jangan membaut terlalu kencang  ke stang. Longgarkan sedikit baut pada shifter atau rem. Tujuannya agar  ketika menghantam benda keras, keduanya bisa  bergerak  dan memiliki peluang terhindar dari patah.
Pengalaman hanya menggunakan satu rem depan saat offroad sangatlah menyiksa. Bisa dipastikan ketika hanya menggunakan satu bagian rem saja, sepeda tidak bisa berjenti dengan baik, sangat BERBAHAYA! dan juga rem mudah terbakar.


5.Ban Luar Rusak
ban sepeda.jpg 
Kejadian ini sebenarnya jarang terjadi, tapi pernah dan bisa terjadi juga. Tidak seperti ban dalam bocor/rusak, bila ban luar rusak sobek bisa jadi ini adalah akhir dari acara offroad anda. Peristiwa ban sepeda offroad rusak yang jarang terjadi mengakibatkan jarangnya offroader yang membawa spare part ini. Ban dalam pasti banyak yang bawa, ban luar??? siapa yang mau bawa???
Kerusakan ban luar offroad biasanya disebabkan oleh usia ban yang sudah cukup uzur. Ban lama cenderung getas dan biasanya ada retakan, bila dipaksakan terus di medan offroad yang berbatu pastinya akan cepat rusak. Penyebab lainnya adalah kurang angin, bila ban kurang angin dan menghantam kontur batu yang tajam, niscaya ban akan beresiko rusak. Tidak hanya merusak ban dalam, ban luar juga akan terkena dampaknya.
Cara menanggulanginya  tentunya dengan mengganti ban, dengan catatan membawa ban luar cadangan, asal ada yang mau pikul ban luar di tas ranselnya, hehehe.